Sabtu, 27 Februari 2010

Ngopi di Anne's Cafe

Malam minggu terakhir di bulan Februari ini, saya dan teman-teman menemani Nuril, Islam Young Leaders 3 (IYL) terakhir yang akan pulang ke Indonesia. Memang tanpa rencana, tapi agaknya sudah menjadi kebiasaan bahkan budaya bagi mahasiswa ndonesia ketika menyambut kedatangan teman dari tanah air dan melepas kepergian teman ke tanah air selalu di iringi dengan "syukuran" atau dalam bahasa baratnya "party" sederhana dengan mengundang teman-teman yang terbatas jumlahnya.
Kami mengawali "party" ini dengan bersepeda melewati Leiden Centraal menuju rumah mba Sherley. Beliau adalah perempuan Indonesia yang menikah dengan pria Belanda dan sudah lebih dari sepuluh tahun tinggal dan menetap di Leiden. Mba Sherley mungkin belum saya perjelas dan spesifikasikan pada kategori yang saya buat beberapa waktu yang lalu bahwa orang Indonesia yang tinggal di Belanda di bagi dalam dua kelompok besar yaitu orang Indonesia yang tinggal temporer dan orang Indonesia yang permanen.
Mba Sheyley, saya kelompokkan pada "varietas" kedua karena dia tinggal dan menetap di Belanda secara permanen bersama suami yang berkewarganegaraan Belanda ataupun bisa sebaliknya pria Indonesia yang menikah dengan warga Belanda seperti pa Suryadi yang bekerja di International Office dan menikah dengan perempuan Belanda dan sudah dikaruniai dua anak. varietas ini jumlahnya juga lumayan banyak.
Di rumah mba Sherley, kami hanya sebentar karena tujuannya memang hanya mengantar Nuril untuk berpamitan. Pulang dari rumah mba Sherley, kami memutuskan untuk "ngopi" di salahsatu kafe yang ada di Harleemstraat. Harlemstraat memang kawasan yang eksotis karena tempat ini dibelah oleh kanal yang lumayan besar dan di kanan dan kiri kanal tersebut terdapat bangunan-bangunan tua, kafe, restoran, dan toko-toko. setelah pilih-pilih, Nuril mengajak kami untuk "ngopi" di salah satu tempat yang cukup antik yaitu Anne's Cafe.
Posisi Anne's Cafe ini sangat strategis karena tepat berada di bawah jembatan kanal yang menghubungkan antara bagian kanan dan kiri kanal sehingga lalulintas manusia yang melintasi kanal tersebut cukup padat. Tapi walaupun cukup strategis dan terkenal diantara warga Leiden namun pintu masuk menuju Anne's cafe sangat sempit karena hanya selebar kurang-lebih satu meter dan tidak seperti menunjukan keterkenalannya.
Kami harus melewati kira-kita sepuluh meter susunan tangga ke bawah untuk sampai pintu masuk cafe tersebut. nah, ada kejadian yang cukup menarik ketika kami akan masuk ke dalam cafe tersebut. kejadiannya ketika teman kami yang tubuhnya lebih pendek dari kami dilarang masuk oleh petugas security karena menurutnya anda belum berusian diatas 18 tahun. Bahkan, dia menanyakan paspor kami. wah pikir saya urusannya akan panjang, tapi setelah dijelaskan bahwa kami semua adalah mahasiswa S2 Leiden yang sudah berusia lebih dari 25 tahun, petugas tersebut akhirnya mempersilahkan kami masuk kedalam.
Jadi untuk masuk kedalam sebuah Cafe ternyata juga ada aturannya. tidak sembarang orang bisa masuk khususnya untuk anak muda yang masih 18 tahun ke bawah. Pertanyaanya kenapa di larang? Ternyata "sederhana", di cafe-cafe tersebut disediakan minuman-minuman keras yang hanya boleh dikonsumsi oleh kelompok umur yang lebih dari 18 tahun. Petugas security tersebut menjalankan komitmen pemerintah kota untuk tidak membolehkan remaja dibawah 18 tahun untuk minum minuman keras dan tentu saja tidak bisa di sogok he he....
Anne's kafe di bagi dalam dua bagian yaitu bagian luar yang menjorok ke luar kanal dan bagian dalam yang sangat unik. Di bagian luar, lantai kayu menutupi kurang lebih 10x10 meter luas permukaan kanal dan diatasnya terdapat meja-meja dan kursi untuk makan dan minum. Di bagian ini ramai ketika musim semi atau panas karena dari tempat itu, lalu lalang pengunjung Harlemstraat bisa terpantau dari permukaan kanal. di musim dingin, bagian dalam kafe yang selalu ramai karena di bagian dalam selalu ada penghangat ruangan yang sangat membantu mengurangi kedinginan pengunjung.
Kemudian bagian kedua adalah bagian dalam. Interior Anne's Cafe sangat unik dimana pintu keluar dan masuk hanya satu. Dibagian dalam cafe, jalan masuk mengiris cafe menjadi dua sisi d kanan dan kiri yang dilengkapi dengan meja dan kursi ukuran 1x1 meter. ciri khas bangunan tua memang ada disini yang terlihat dari corak bangunan dan bentuk interiornya.
Nah kalo melihat Anne's Cafe saya jadi terinspirasi untuk membangun hal yang sama di Kota Serang. di kota Serang, ada dua jembatan yang walupun tidak besar tapi bisa di manfaatkan untuk tempat usaha-usaha kuliner: cafe atau rumah makan. jembatan pertama terletak di sebelah barat alun-alun kota Serang dan yang kedua jembatan yang melintasi kali banten yang ada di desa Ciawi, Benggala. sayabermimpi untuk membuatnya seperti Anne's Cafe suatu hari nanti. amiin...
Awalnya saya pikir Nuril mengajak kami ke tempat yang berbahaya bagi komitmen keislaman kami, namun pikiran itu sirna karena kami bisa memesan kopi susu dan jus. Mungkin dalam benak para pengunjung cafe yang hilir mudik, kelompok kami yang malam itu berjumlah lima orang termasuk kelompok aneh, kurcaci-kurcaci kecil yang hanya minum kopi dan jus bukan bir, wine, atau vodka seperti mereka. Anyway, malam minggu terakhir dibulan Februari dan terakhir bagi Nuril kami habiskan di Anne's Cafe dan dilanjutkan di Smaragdlaan untuk masak-masak. Semoga berkesan untuk Nuril dan tman-teman...
Ahad, 28 Februari 2010 Jam 9 pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar