Sabtu, 28 Agustus 2010

Ramadhan in The Netherlands; Penentuan Awal Puasa

Salah satu isu penting dalam menyambut bulan Ramadhan adalah penentuan kapan mengawali dan mengakhiri puasa. Untuk hal yang satu ini tidak jarang perbedaan terjadi dalam tubuh umat Islam karena memang ada dua metode penentuan awal bulan yang berbeda yang bisa jadi tidak akan bertemu satu dengan yang lainnya.
Tentang "kapan" ini tentu berkaitan dengan waktu, makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tulisan ini bukan bertujuan untuk mempertajam perbedaan juga bukan untuk menyatukan perbedaan namun diharapkan agar kita lebih arif dan dapat menjembatani perbedaan itu.
Urgensi waktu dalam Islam
Dalam beberapa ayat al Quran (QS 89;1, 91;1, 93;1, 84; 16-20, 103; 1-3) Allah SWT banyak menyinggung dan memperingatkan kaum muslimin tentang urgensi waktu. Kenapa Allah SWT menekankan umat Islam agar memperhatikan waktu dan kenapa waktu begitu penting dalam Islam?
Sebagai agama yang komprehensive dan universal Islam ternyata tidak hanya melihat waktu sebagai sebuah fenomena kesejarahan yang tidak boleh dilupakan karena di dalamnya terkandung ibroh (pelajaran) bagi umat setelahnya namun juga penting karena hampir seluruh ritual keagamaan dalam Islam berkaitan dengan waktu.
Dalam ritual sholat misalnya Islam mewajibkan pemeluknya untuk mendirikan sholat pada lima waktu yang berbeda yang kelimanya tidak bisa ditawar atau di negosiasi ulang dalam hal waktu pelaksanaanya. Waktu juga menentukan dalam pelaksanaan ritual yang lain seperti haji, zakat fitrah termasuk berpuasa pada bulan Ramadan. Sehingga jelas bahwa waktu menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslimin.
Seperti kita ketahui, kalender penanggalan (tarikh) dalam Islam dinamakan dengan kalender hijriah (dalam bahasa inggris disebut dengan hegira dan dalam bahasa latin, kalender islam disebut anno hegirae (A.H.) dimana peristiwa sangat penting dalam Islam ketika hijrahnya kaum muslimin untuk memisahkan diri dari kaum musyrikin Mekah ke Madinah (Yastrib) pada tanggal 16 Juli (solar calender) ditetapkan sebagai awal penanggalan Islam yaitu 1 Muharram. Kita juga mengenal 11 bulain yang lain mulai dari Safar sampai Zulhijjah.
Namun, tidak seperti penentuan awal bulan lainnya yang begitu soft dan nyaris tak terdengar, penentuan awal bulan ke sembilan dalam kalender Islam (Ramadan) hampir selalu diwarnai dengan perbedaan pandangan. Hal ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga di Belanda.
Perbedaannya, jika di Indonesia kita mengenal ada Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang biasa menjembatani perbedaan dua ormas Islam terbesar (Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah) dalam penentuan awal dan akhir Ramadan, maka di Belanda tidak ada yang namanya Majlis Ulama Belanda atau sejenisnya yang mengatur dan mengkomunikasikan perbedaan itu. Sehingga rapat penentuan awal bulan Ramadan (sidang isbat) tidak di kenal oleh kelompok-kelompok Islam di Belanda yang tersebar di masjid-masjid yang berbeda.
Metode Penaggalan Bulan Komariyah (Lunar system): Pengalaman di Belanda
Dalam penggunaan tehnik untuk menentukan awal bulan (terutama Ramadan), ada dua metode atau pendapat yang berbeda. Metode pertama adalah dengan menggunakan rukyat (penglihatan telanjang) untuk melihat bulan baru (new moon).
Menurut metode yang pertama, tidak semua orang bisa dipercayai sebagai perukyat karena ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki seorang perukyat diantaranya menurut mazhab Syafi'i adalah muslim, telah baligh, adil, sehat rohani, dan wajib bersumpah. Pendapat pertama ini digunakan oleh masjid As-Soennah, masjid kelompok salafi yang ada di Den Haag.
Sehingga ketika saya bertanya kepada salah seorang pengurus masjid As Soennah beberapa hari sebelum Ramadan tentang awal puasa, ketika itu dia menjawab bahwa kami harus menunggu rukyatu hilal yang ketika itu tentu tidak bisa dipastikan.
Metode pertama ini bersandarkan kepada hadist nabi Muhammad SAW yang berbunyi:"shumu li ru'yatihi wa afthiru liru'yatihi...." yang artinya berpuasalah kamu ketika melihat bulan dan berbukalah ketika melihat bulan dan jika bulan tidak terlihat maka genapkanlah (Sya'ban) menjadi 30 hari.
Pandangan kedua berpendapat bahwa penggunaan rukyatu hilal secara fisik dengan mata telanjang amat sulit dilakukan di jaman modern ini. Untuk itu, pendapat kedua menekankan penggunaan hisab (perhitungan) dalam menentukan awal dan akhir Ramadan.
Menurut pendapat ke dua, rukyatu hilal digunakan oleh nabi Muhammad dan para sahabat ketika udara di jazirah Arab masih bersih, tidak ada polusi, berbeda dengan jaman modern di mana langit sudah dipenuhi oleh asap polusi.
Selain itu, umat muslimin saat ini di anggap sudah dapat menguasai ilmu hitung (hisab) yang dianggap lebih precise (tepat) dalam mengukur datangnya bulan baru. Pendapat ini didukung oleh Muhammad Abduh dan Rashid Rida, dua orang pengusung modernisme di dunia Islam.
Nah, Muslim di Belanda sebetulnya lebih banyak yang menggunakan metode ini. Masjid al Hijra yang didirikan oleh muslimin Maroko dan masjid Turki (didirikan oleh orang Turki) di Leiden misalnya menggunakan metode ini. Tidak heran jauh sebelum Ramadan datang, masjid-masjid itu sudah membagikan selebaran yang berisi jadwal sholat di bulan Ramadhan.
Metode kedua ini juga nampaknya di gunakan juga oleh masjid al Hikmah, masjid komunitas muslim asal Indonesia di Den Haag di mana pengurus masjid membuka komunikasi dengan pa Prof. Dr. Thomas Jamaludin, ahli Astrofisika dari Departemen Agama RI.
Namun nampaknya perbedaan tetap terjadi tahun ini di Belanda. Menurut perhitungan pa Thomas, di Belanda posisi bulan masih di bawah ufuk pada tanggal 10 Agustus 2010 sehingga bulan Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari. Sehingga awal puasa jatuh pada tanggal 12 Agustus 2010.
Sedangkan di hari terakhir jelang puasa, masjid al Hikmah mengumumkan bahwa puasa jatuh pada tanggal 11 Agustus 2010 karena mempertimbangkan fatwa dari majlis fatwa Eropa. Ya kita memang akhirnya tetap harus memilih mana yang sesuai dan diyakini oleh hati nurani.
Tanggal 10 Agustus 2010 (28 Sya'ban sore) itu di sebagian besar Belanda, langit diselimuti oleh awan hitam yang jika menggunakan metode pertama maka bulan Sya'ban harus di genapkan menjadi 30 hari.
Lepas dari pengalaman diatas, perbedaan itu adalah rahmat Allah yang diberikan kepada umat Muslim termasuk yang tinggal di Belanda. Dalam konteks penentuan awal dan akhir Ramadan, adalah hal yang hampir mustahil menyatukan penanggalan hijriah termasuk penentuan awal dan akhir Ramadan karena bumi yang terbagi dalam zona-zona waktu yang menyebabkan hingga saat ini belum ada konsensus tentang kalender Islam global.

Wassenaarsweg 29 Agustus 2010


Rohman Al Bantani



Jumat, 27 Agustus 2010

Ramadhan in The Netherlands; Masjid-masjid di Belanda I

Suara azan mengalun merdu dibawa angin yang berhembus deras mengisi ruang-ruang kosong dan gang-gang sempit di jalanan sekitar Brestraat, Leiden. Hari Jumat itu seperti biasa, muslimin dan muslimat berduyun-duyun baik dengan berjalan kaki maupun bersepeda bergegas menuju salah satu masjid yang ada di Leiden, Al Hijra namanya.
Masjid ini letaknya hanya dua ratusan meter dari centrum kota Leiden dan sekitar limapuluh meter dari belakang perpustakaan KITLV di lingkari oleh bangunan-bangunan yang mirip disebelah kanan dan kirinya.
Masjid yang didirikan oleh muslim Maroko ini bentuknya tidak sama dengan masjid-masjid yang bisa ditemui dengan mudah di tanah air. Masjid ini misalnya berbentuk khas seperti toko-toko dan perumahan Belanda yang bermotif tumpukan bata berwarna merah tua tanpa gerbang utama dan kubah.
Masjid ini juga tidak punya halaman parkir sehingga puluhan sepeda yang dibawa oleh jamaah terpaksa harus menutupi trotoar jalan di depan masjid.
Sayangnya tidak semua ruas trotoar depan masjid bisa digunakan oleh jamaah. Beberapa ruas trotoar di pasangi garis pembatas berwarna merah dan putih yang menandakan ruas itu tidak boleh digunakan untuk memarkir sepeda sehingga kadang-kadang jika parkiran sepeda sudah penuh, saya lebih memilih untuk memarkirkan sepeda di parkiran KITLV.
Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama dibagi kedalam empat bagian. Bagian pertama adalah ruangan tempat sholat yang agak gelap namun cukup luas sebagai cadangan jika lantai dua dan tiga penuh oleh jamaah. Ruangan ini biasanya digunakan ketika sholat Jumat dimana jumlah jamaah bisa lebih dari 300an orang. Di sebelah kiri ruangan itu juga terdapat pintu yang menghubungkan jamaah ke tempat berwudhu dan kamar mandi.
Di masjid ini cara berwudhunya cukup unik karena di setiap keran yang berjumlah 6-7 buah (salah satunya keran khusus air panas) terdapat ember kecil untuk menampung air. Jadi air yang kita gunakan untuk berwudhu, di batasi oleh satu ember kecil itu. Ajaran Islam untuk tidak berlaku boros, nampaknya di praktekkan dalam aspek berwudhu.
Di depan ruangan cadangan ini, terdapat ruangan kecil yang berfungsi sebagai kantor pengurus masjid (DKM lah kalo di indonesia). Diruang inilah situs resmi masjid Alhijra yang beralamat di www.alhijra.nl dikelola oleh pengurus masjid. Seluruh kegiatan di informasikan kepada seluruh jama'ah melalui situs ini. Mulai dari jadwal sholat, pengajian rutin, artikel-artikel keislaman sampai dengan pengumuman hendak di bangunnya masjid al hijra di tempat yang baru yang hingga saat ini masih membutuhkan dana dari para jama'ah.
Sedangkan bergeser kesebelah kiri ruangan ini, terdapat pintu masuk ke ruangan yang khusus digunakan untuk jamaah wanita. Karena saya tidak bisa memasukinya saya tidak bisa mendeskripsikan lebih jauh tentang ruangan itu yang jelas tempat berwudhu dan kamar mandinya terpisah dari jamaah pria.
Ketika memasuki masjid, disebelah kiri terdapat tangga yang akan membawa kita ke ruang utama masjid al hijra. Di lantai dua inilah tempat dimana sholat lima waktu biasa di kerjakan. Luasnya kira-kira 10 x 12 meteran. Di pojok depan, terdapat mimbar tempat khotib jumat biasa berkhutbah.
Walaupun kecil, masjid ini ternyata punya perpustakaan loh. Letaknya di pojok belakang ruangan utama. Koleksi bukunya tidak hanya al quran, namun juga kitab-kitab tafsir, syiroh nabawiyah, dan kitab-kitab hadist tersedia di sini. Memang jama'ah tidak bisa meminjam kitab-kitab itu ke rumah, jadi hanya untuk di baca on the spot. Namun yang jelas, pengurus masjid rupanya memperhatikan dengan serius minat jamaah yang haus akan ilmu keislaman.
Lantai ketiga yang paling atas digunakan untuk menampung jamaah jumatan. Ruangan ini merupakan tempat favorit mahasiswa indonesia yang sholat disini karena selain lebih longgar nampaknya khutbah yang berbahasa Arab plus terjemahan dalam bahasa Belanda yang cukup panjang membuat mahasiswa indonesia lebih nyaman menempati lantai ini.(juga bisa sambil agak terkantuk-kantuk he he he).
Di lantai ini juga terdapat ruang khusus imam masjid. Jika diperhatikan, Imam masjid memiliki peran yang sangat pivotal terutama dalam hal ritual keagamaan. Tidak seperti di Indonesia yang setiap sholat berjamaah bisa berganti-ganti imam, disini imam dan khatib hanya satu orang yang dianggap oleh jamaah memiliki ilmu keislaman yang tinggi. Selain memimpin sholat berjamaah dan menjadi khotib jumat, Imam juga memberikan tausiyah setiap selesai sholat lima waktu.

Nah dari masjid al hijra ini kita bisa belajar tentang bagaimana keterbatasan ruang tidak menghalangi aktivis masjid untuk mengelolanya secara efektif dan efisien. Sehingga walaupun berukuran kecil, namun jamaah bisa menikmati layanan masjid dan beribadah dengan tenang dan khusu'.

Wassenaarsweg 6, 28 Agustus 2010

Rohman Al Bantani

Kamis, 15 Juli 2010

Jalan-Jalan di Kota-Kota Belanda: Hijaunya Belanda

Ketika sudah mendapatkan kepastian berangkat ke Belanda, saya sebelum tidur selalu membayangkan akan sumpeknya kehidupan di kota-kota Belanda karena yang saya tahu sejak SD, Belanda adalah negeri kecil namun termasuk dalam negara berindustri maju.
Bayangan saya, kondisinya akan tidak jauh beda dengan kawasan Industri di tanah air yang akrab dengan polusi udara, air dan tanah, lalulintas akan semerawut yang menghasilkan tingkat emisi diluar ambang batas dan gersang karena jarang di temui pepohonan.
Namun prejudice saya ternyata salah 100 %. Selama hampir tujuh bulan tinggal di Leiden, saya berkesempatan untuk mengunjungi beberapa kota di Belanda. Mulai dari indahnya negeri bawah angin Maastrich, kota di paling ujung selatan, hingar bingar dan gemerlapnya Amsterdam, sibuknya The Hague, berwibawanya istana Paleis Het Loo di Apeldoorn, metropolisnya Ultrect dan Eindhoven, lengangnya Hoorn, bersejarahnya Delft, sampai hiruk pikuknya Groningen di ujung paling utara Belanda.
Setelah mengunjungi kota-kota utama di Belanda, dari sisi seorang environmentalist amatir, saya memberanikan diri untuk menyimpulkan Belanda dengan satu kata: hijau. Ini bisa di buktikan dengan kasat mata misalnya ketika kita menggunakan kereta yang mengantar kita dari kota yang satu ke kota lainnya, kita dapati sepanjang perjalanan setelah keluar dari kota padang rumput hijau yang sangat luas yang di dalamnya terdapat ribuah hewan ternak mulai dari domba, kuda, sampai sapi.
Padang rumput yang luas ini biasanya ditemani dengan hutan-hutan kecil yang memisahkan padang rumput yang satu dengan padang rumput yang lain. Kadang-kadang, antara padang rumput juga dipisahkan oleh kanal-kanal kecil yang bisa di masuki oleh perahu-perahu yang berukuran kecil yang berfungsi untuk transportasi mengangkut makanan tambahan ternak, pupuk, dan lain sebagainya. Jadi fungsinya mirip dengan galengan sawah-sawah di Indonesia yang luasnya berkurang dari waktu ke waktu.
Selain itu, lahan luas di sebelah kiri dan kanan rel biasanya digunakan untuk lahan pertanian baik kentang, sayuran maupun bunga. untuk yang terakhir, Belanda memang negeri yang sangat luar biasa dalam memanfaatkan bunga sebagai komoditi ekspor unggulan. Selain taman Keukenhof yang berisi ribuan jenis bunga berwarna warni yang sangat indah di musim semi, kita bisa menyaksikan ladang-ladang bunga lainnya dari atas kereta.
Sebelum memasuki kota tujuan, biasanya hutan-hutan kecil menyelimuti kota-kota tersebut. Jadi sepotong hutan seolah-olah menyambut kedatangan siapapun yang berkunjung ke kota-kota di Belanda.
Tidak heran, dengan lingkungan yang begitu asri, burung-burung cantik yang belum pernah saya lihat sebelumnya bisa dengan mudah kita temui di hutan-hutan kota malahan bisa juga di jalan-jalan. Bahkan burung-burung kerap membangunkan tidur saya di pagi hari dengan kicauan-kicauannya yang ramai ketika masih tinggal di Smaragdlaan.
Bisa jadi selain karena pepohonan yang nyaman, burung-burung itu juga merasa aman dari gangguan manusia paling tidak karena tidak seorangpun yang bisa memburu, memelihara apalagi membunuhnya dengan serampangan. Disini hubungan antara manusia, alam, dan satwa yang hidup didalamnya sangat sinergis.
Kecuali kawasan centrum kota yang biasanya berupa lapangan yang luas dengan sedikit pepohonan, praktis kita akan menemukan kembali pohon-pohon besar yang berjejer rapih di kanan dan kiri jalan ketika sedikit keluar dari centrum.
Sisi lainnya adalah taman-taman kota yang rata-rata seluas alun-alun kota Serang berciri khas adanya tanah undakan yang agak luas di tanami rumput dan pohon (lagi?) seolah-olah seperti bukit mini yang landai tempat bermain, bercengkrama, public sphere untuk keluarga.

Dengan udara segar yang diproduksi oleh pepohonan baik di dalam dan diluar kota maka tidak heran jika anak-anak disini lebih memiliki ketahanan tubuh di bandingkan dengan anak-anak pendatang dari Asia misalnya (pendapat ini saya dapatkan dari seorang ibu beranak satu, mahasiswa s3 jurusan biologi dari Iran).
Hal ini juga dibuktikan dengan lebih tingginya angka ketahanan hidup manusia yang tinggal di Belanda karena selain gemar bersepeda, udara segar juga akan membantu untuk bertahan hidup.
Nah, mau hidup sehat? mulailah tanami kampung-kampung dan kota-kota anda dengan pohon dan mulai bersinergilah dengan alam.

Wassenaarsweg 26 August 2010,
Rohman Al Bantani



Minggu, 04 Juli 2010

Seputar Kunci-Kunci di Leiden

Kunci dalam bahasa Arab bisa di samakan dengan kata miftah (fataha-yaftahu-fathan) yang berarti pembuka. Sedangkan, dalam kamus besar bahasa Indonesia, kunci di maknai sebagai alat yang terbuat dari logam untuk membuka atau mengancing (mengunci) pintu, peti, dsb.
Kunci memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. alat ini sangat diperlukan untuk menjamin keamanan sekaligus menenangkan hati. Kita misalnya akan merasa lebih tenang jika meninggalkan rumah, mobil, motor bahkan sepeda dalam keadaan terkunci. Sebaliknya, jika sampai meninggalkan rumah dan aset-aset kita dalam keadaan tidak terkunci maka hati kita akan diliputi kecemasan, kegundahan, dan bahkan dalam tingkatan tertentu akan menimbulkan ketidaknyamanan.
Banyaknya jumlah kunci juga menunjukkan tingkat kekayaan seseorang. Tokoh Qorun misalnya seorang konglomerat yang hidup di jaman nabi Musa, digambarkan oleh Allah SWT sebagai seorang kaya raya yang kunci-kunci gudang kekayaannya di panggul oleh keledai-keledai menggambarkan betapa banyaknya kunci yang dimiliki oleh Qorun.
Lebih jauh, sebuah kunci juga akan menunjukkan privasi seseorang. Pemilik kamar A misalnya tidak bisa menggunakan kuncinya untuk membuka pintu kamar B pun sebaliknya. Hal inipun berlaku di dunia maya ketika era digitalisasi mengharuskan masing-masing individu memiliki "kunci"nya sendiri baik untuk membuka PC, email, atau account facebooknya.
Di dunia perbankan apalagi, fungsi "kunci" yang berbentuk Personal Identification Number memainkan peran yang sangat penting tidak hanya bagi mahasiswa namun juga untuk seluruh lapisan masyarakat yang melakukan transaksi keuangan lewat jalur on line.
Dalam kehidupan nyata, fungsi kunci jelas tidak hanya sebatas alat pembuka benda dan tempat seperti lemari, motor, kamar, dan rumah. Nyatanya kunci juga berperan dalam kehidupan beragama, Islam misalnya, "kunci" berbentuk dua kalimat syahadat yang wajib untuk dibaca sebagai pembuka bagi konkretnya keislaman seseorang. Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, seseorang akan secara legal formal telah sah menjadi seorang Muslim. Dalam kaitan ini, kunci memainkan peran sebagai alat identitas seseorang.
Hal-hal diatas menggambarkan betapa kunci memainkan peran yang tidak kecil dalam kehidupan dan peradaban umat manusia dari jaman ke jaman selanjutnya.
Selama enam bulan berjalan, ada beberapa kunci yang sangat penting bersama masing-masing pengalaman uniknya selama saya studi "Indonesian Islam atau Islam in Indonesia" di Leiden.
Selama tinggal di Smaragdlaan, saya menerima tiga macam kunci yaitu kunci kamar, kunci kotak post dan kunci main gate. ketiga kunci ini di gabung menjadi satu.
Pengalaman uniknya adalah ketika seminggu pertama kedatangan, waktu itu musim dingin salju turun hampir setiap hari dan melihat matahari menjadi kegiatan yang langka karena langit selalu di tutupi awan hitam pekat, kunci yang saya pegang dan zay pegang, tertinggal di kamar ketika kami berdua pergi mencuci baju. masalahnya, karena dorongan angin, pintu kamar kami kemudian menutup dan mengunci sendiri secara otomatis.
Ali, teman senior yang tinggal bersama kami mencoba memasuki kamar lewat jalur balkon dengan melewati beberapa kamar tetangga yang tentu saja sangat beresiko. sayangnya, pintu balkon juga terkunci dari dalam. jadilah kami gelandangan dengan hanya bermodalkan pakaian yang ada di badan.
Untungnya, tetangga depan kamar kami adalah ariza dan cucu yang bersedia menampung kami selama beberapa hari termasuk meminjamkan barang-barang dan menghibahkan makanannya. saya harus melewati hari sabtu dan minggu yang dingin di kamar mereka dengan sedikit malu-malu.
Pengalaman kedua saya adalah ketika kunci loker UB tidak seperti biasanya saya bawa pulang. entah bagaimana kunci itu hilang dari kantong jeans saya. tidak pelak, kepanikan melanda jiwa. mulai dari kekhawatiran di denda oleh petugas UB sampai tidak bisa lagi dipercaya untuk menjadi anggota perpus UB. stressful sekali waktu itu. namun ternyata, alhamdulillah, kunci lokernya saya temukan di kolong tempat tidur seorang teman yang waktu itu memang saya sempat bermalam di kamarnya karena kamar saya kedatangan senior.
Pengalaman ketiga ketika kunci main gate, kamar, dan kotak pos lupa saya ambil setelah mengambil surat di kotak pos. ini terjadi dua kali dan untungnya di temukan oleh dua orang teman yaitu ariza dan zay. yang ini jelas lebih deg-degan lagi karena jika benar-benar hilang atau di ambil orang maka konsequensinya adalah seluruh kunci yang ada di smaragdlaan harus di ganti mulai dari kunci main gate sampai kunci kamar masing-masing agar pencuri tidak bisa masuk.
Terkait kunci sepeda, ada pengalaman yang cukup unik yang dialami oleh seorang teman dari Syiria. seperti kita ketahui, sepeda mamainkan posisi yang pivotal selama kita hidup di belanda. tidak seperti di indonesia yang setiap saat bisa menggunakan jasa ojek motor, angkot yang beraneka ragam, becak dsb. di sini sangat mustahil untuk mencari service semacam itu. dalam artian public transport yang bisa langsung saat itu juga bisa kita gunakan.
Untuk menggunakan bis dari smaragdlaan misalnya, kita harus menunggu karena bis lewat 30menit sekali dan semakin malam semakin jarang bisa 1 jam sekali. makanya, dengan sepeda aktivitas kita jadi lancar tanpa harus menunggu bis.
Masalahnya ternyata di Belanda kita wajib melindungi sepeda kita dengan kunci yang memadai. jika tidak maka jangan salahkan orang jika sepeda kita raib dicuri. nah, pengalaman teman Syiria ini unik karena setelah dia mengunci sepedanya kemudian dia kehilangan kunci untuk membuka gemboknya. sehingga sepedanya tidak bisa dipakai karena tidak bisa bergerak dan diam di tempat sampai menunggu bantuan dari teman-teman indonesia. akhirnya setelah beberapa hari, Turjiboy berhasil membuka gembok sepedanya dengan menggunakan gergaji besi. haha...hardwork!

Dari pengalaman-pengalaman ini paling tidak ibrah pentingnya adalah kunci bisa menjadi sahabat yang sangat akrab ketika dia selalu ada disamping kita. jangan sekali-kali meninggalkan kunci lebih-lebih melupakannya karena jika itu dilakukan maka "ketiwasan" akan menimpa pemilik kunci-kunci tersebut.
Duwo 25 Agustus 2010
Rohman Al Bantani


Minggu, 06 Juni 2010

Cultural Festival: Pertemuan Lima Benua

Tidak seperti Sabtu kemarin yang cerah dan panas, udara hari minggu ini terasa lebih sejuk karena matahari sama sekali tidak menampakkan dirinya, tertutupi oleh tebalnya awan hitam yang beberapa kali menjatuhkan butiran-butiran air ke seluruh penjuru Leiden. Minggu yang mendung di awal bulan Juni ini merupakan hari yang penting paling tidak untuk mahasiswa internasional yang ada di Leiden karena hari ini Cultural Festival, sebuah acara yang didesain oleh ISNR (International Student Network Representation) Leiden University untuk mempertemukan budaya, cita rasa, pakaian tradisional, nyanyian, tarian, dan beragam ciri khas bangsa-bangsa di dunia yang bersekolah di Leiden University diselenggarakan.
Tercatat paling tidak 20 bangsa yang mengikuti cultural festival tahun ini diantaranya: Romania, China, Afganistan, Costa Rica, Kroasia, Syprus, Jerman, Yunani, India, Indonesia, Iran, Kenya, Belanda, Pakistan, Rusia, Srilanka, Suriname, Syiria, Turki dan Venezuaela. Sebetulnya ada beberapa negara lain seperti Singapura, Spanyol, Siera Leone, Italia, Belgia, Vietnam, Perancis dan USA yang mahasiswanya sekolah disini namun karena alasan teknis mereka enggan ikut. Namun yang jelas komposisi keikutsertaan peserta pada event ini sudah merepresentasikan hadirnya warga dari hampir semua benua.
Ditemani sepeda pinjaman dari kawan PhD yang sedang pulang ke Indonesia, kususuri jalanan di samping Smaragdlaan yang sepi menuju rumah masa depan, apartemen Duwo, tepatnya di kamar G3 untuk mengambil bubur sum-sum dan tahu gejrot buatan mba Ning dan mba Dinar untuk di sajikan di stand Indonesia. Selain dua makanan itu, stand Indonesia juga menyediakan makanan khas lain seperti martabak, risoles, es kopyor, dan pisang goreng plus sorenya sebagai additional food untuk mahasiswa Indonesia sajian sop buntut buatan pa Mintardjo yang kebetulan berulang tahun di tanggal yang sama turut di sajikan.
Tidak seramai pernak pernik stand Yunani yang di dominasi warna biru atau stand China dengan warna merah di hampir seluruh bagian standnya, stand kami cukup sederhana kalo tidak mau dibilang prihatin. Dengan tenda yang disediakan panitia, sebetulnya kami tinggal mengisi saja dengan pernak pernik dan beragam hal tentang Indonesia namun sayangnya kami kekurangan pajangan sehingga jika di bandingkan dengan dua negara itu jelas kami agak kalah. Saya sendiri tidak paham kenapa pernak pernik yang dipajang kebanyakan milik teman-teman seperti Ela yang membawa angklung, topeng-topeng dan pajangan bergantung. Padahal, ajang ini merupakan "tumpangan" untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia untuk teman-teman mahasiswa Internasional di Leiden dan tentu saja warga Leiden yang untuk masuk ke arena festival harus membayar 4,5 euro. Anyway, the show must go on, kami harus memperbaiki dekorasi dan seluruh hiasannya tahun depan agar lebih menarik.
Saya mulai kegiatan pertama dengan acara eksplorasi kuliner yang saya mulai dari stand Pakistan karena waktu makan siang sudah hampir lewat. Disini saya mencoba makanan khas Pakistan yaitu paduan nasi, rempah rempah dan daging kambing yang di Indonesia, mirip dengan nasi kebuli. Saya juga mencoba gorengan pakistan yang mirip bakwan atau bala-bala namun rasanya agak aneh karena mungkin bumbu (atau vetsinnya) tidak sama dengan di negeri kita. Untuk menghindari kekenyangan yang premature, saya pindah ke stand Yunani yang letaknya persis di berada diantara stand Pakistan dan Indonesia. Yunani menyajikan banyak sekali makanan mulai dari makanan yang seperti martabak yang di dalamnya terdapat makaroni dan daging sapi giling, kue manis yang campuran roti, madu, gula, dan pecahan kacangn almond, beberapa jenis roti, minuman sampai buah-buahan seperti anggur, kiwi, dan apricot termasuk barbecue dengan memanggang daging khasnya. Disini saya mencicipi kue manis dan buah-buahanya saja.
Setelah beristirahat beberapa saat, penjelajahan dilanjutkan ke stand China yang letaknya paling depan. Makanan di sini, semuanya sama dengan di Indonesia yaitu gorengan seperti lumpia, pangsit, dan kroket dan tidak seperti Yunani yang bebas mengambil apapun, disini pengunjung hanya di perbolehkan mengambil dua jenis saja. Kemudian kaki saya langkahkan menuju Syiria untuk menyicipi bubur putih dengan campuran kacang dan salad. Beberapa saat sebelum ke stand Rumania, saya dan teman-teman menyempatkan diri untuk berfoto bersama model-model dari Indonesia yang akan pentas di catwalk dengan memakai pakaian pernikahan adat Betawi, Sumatra Barat dan Ambon. Di stand Rumania saya mencicipi campuran minuman khasnya berupa campuran air es, susu, vanila dan telur yang bernama Lapte de Pasare. wah segar sekali lo rasanya...he he.
Untuk menambah keseimbangan asupan gizi, saya kemudian pindah ke stand India untuk mencoba makanan berupa sate ayam dan nasi Biriyani yang mirip nasi di Pakistan bedanya di India nasinya berwarna warni ada yang kuning, kecoklatan dan putih. Di stand Kroasia saya menyicipi biskuit dengan pasta ikan di atasnya. Sedangkan di stand Iran dan Kenya saya hanya mencicipi kue-kue kecilnya yang manis bertaburan wijen dan almond. Untuk menutup penjelajahan kuliner ini, saya memilih stand Costa Rica yang menyajikan buah-buahan tropis seperti Nanas dan Melon yang manisnya subhanallah. Alhamdulillah...
Setelah penjelajahan kuliner selesai, saya dan teman-teman menuju panggung utama untuk melihat fashion show yang menggambarkan keanekaragaman pakaian tradisional ke duapuluh negara. Nah, sebagai calon antropolog, ada yang menarik dari pagelaran pakaian tradisional ini bahwa tidak seperti pakaian di jaman modern yang serba "terbuka", pakaian tradisional dari Yunani, Rusia, Belanda, China dan bahkan hampir semua kontestan sangat tertutup dengan tangan panjang dan jahitan yang menjulur ke bawah hingga mata kaki. Dari tampilan singkat itu tampak telah terjadinya shifthing dalam pola berpakaian dari jaman tradisional menuju jaman modern.
Tampilan yang lain adalah pagelaran seni tari yang sayangnya tim Indonesia tidak bisa tampil karena beberapa penari Indonesia masih sibuk dengan final papernya. Padahal mba Ning, Dinar, Syndy, Oxal, dan Linda sebetulnya bisa saja di pasang di stage karena mereka bisa memberi workshop tarian Jawa yang gemulai dan halus itu. Untuk tampil di panggung itu sebetulnya hanya butuh confidence saja karena beberapa tampilan seperti dari Syprus dengan nyanyian falsnya dan dari Belanda dengan tarian "asal" geraknya bisa tampil impresive. Saya membayangkan jika tarian jawa itu bisa ditampilkan, publik akan sangat terpana oleh alunan gamelan dan gerakan-gerakan khas tarian Jawa.
Cultural festival kemudian ditutup dengan pengumuman pemenang yang didasarkan oleh penilaian dua orang juri yang tidak jelas alias di samarkan yang menurut Neda Wassie, ketua panitia, jumlahnya hanya dua orang. Mereka berkeliling ke seluruh stage dan stand untuk menilai tampilan seluruh peserta. Terpilih sebagai pemenang ajang tahunan ke-4 ini adalah kontestan asal China menyisihkan Pakistan yang tiga kali berturut-turut menjuarai festival ini. Walaupun tim Indonesia kalah, kami tetap bangga karena paling tidak kami sudah maksimal untuk mengibarkan merah putih di negeri Belanda. Satu hal yang tertinggal, kepanitiaan festival ini di handle seluruhnya oleh perempuan dan tidak satupun pria bahkan di akhir acara saya melihat beberapa panitia perempuan sedang membongkar tenda-tenda stand. wah luar biasa...
Leiden, 7 Juni 2010...








Jumat, 30 April 2010

Koninginnenedag; Pesta dan Karnaval Jalanan di Belanda

Kamis sore setelah menjadi notulen rapat JKI (Jaringan Kerja Indonesia) Belanda di KITLV, beberapa teman mengajak saya untuk ikut ke Den Haag atau Amsterdam. Menurut mereka malam tanggal 29 April akan sangat panjang di dua kota itu karena besoknya tanggal 30 dirayakan hari kelahiran ratu Belanda. Karena sudah terlalu letih setelah melawati hari Kamis yang padat (sebelum rapat JKI saya harus presentasi proposal thesis di depan dua orang calon pembimbing) maka saya memilih untuk melihat-lihat acara spesial untuk warga belanda itu di Leiden saja.
Jam 23.00 saya dan beberapa orang teman menancap pedal sepeda menuju Leiden town hall dan sekitar 20an menit kemudian kami sampai di Bresstraat. Di jalan menuju town hall di depan kafe Sinai, sebuah panggung dengan live music cadas sudah menyambut kami. saya dan teman-teman hanya nonton ratusan pemuda dan pemudi yang sedang menikmati Heineken sambil berjoged. Tontonan itu semakin menarik untuk saya ketika ada salah seorang pemuda yang sudah teler dan mulai bertingkah (baca;rese). Berguling-gulingan di tengah keramaian, bangun kemudian mendorong siapapun yang menyenggol tubuhnya. Hebatnya, walaupun sama-sama mabuk, tidak sampai terjadi pemukulan, pengeroyokan, atau tawuran antar pengunjung dan geng masing-masing. Mungkin selain sadar hukum, mereka juga sama-sama tidak ingin merusak pesta besar itu.
Dengan susah payah karena harus melewati kerumunan orang mabok, saya dan teman-teman kemudian berpindah tempat untuk melihat dari sisi yang lain panggung itu. Ternyata di dekat town hall, ada panggung yang jauh lebih besar di banding yang pertama. Panggung yang paling besar itu terletak di atas jembatan yang menghubungkan kanal di jalan tempat biasa di gelarnya open markt (pasar kaget setiap Rabu dan Sabtu). Panitia mengubah jembatan menjadi seperti panggung konser dengan sound system besar dan lampu-lampu tembak berwarna warni. Ajaibnya ribuan pengunjungnya ada di bawah kanal. Awalnya saya pikir mereka semua pakai ilmu meringankan tubuh yang biasa dimiliki pendekar-pendekar di dunia persilatan dijaman Bramakumbara, Mantili, dan lasmini karena bisa berjoged, berdansa dan berjalan-jalan di atas air, namun perkiraan saya meleset karena nyatanya panitia menutup permukaan kanal dengan lantai besi sehingga ribuan manusia bisa berdiri diatas kanaal tanpa takut tenggelam.
Panggung lainnya terletak di Anne Caffe di dekat Harlemstraat. Hampir mirip dengan panggung jembatan town hall, kelebihannya pengunjung masih bisa menggunakan sampan untuk jalan-jalan di atas air dengan iringan musik disco. Malam itu bau alkohol menyelimuti harlemstraal dan bresstraat. Satu hal menarik lain dari pesta malam ini adalah tidak ada anak kecil di bawah 17 atau 18 tahun yang ikut acara ini. Jadi tetap kebebasan itu ada batasnya loh walaupun di negara maju sekalipun...he he.
Masalahnya di negeri kita kan terkadang latah. Ingin meniru semirip-miripnya dengan negara maju termasuk dalam gaya hidupnya, sementara identitas bangsa sendiri cendrung dilupakan. Dalam konteks pesta dan life concert music di Serang, Cilegon, Pandeglang dan Lebak misalnya, baik di alun-alun maupun stadion, banyak anak usia SLTP bahkan usia di bawahnya bukan hanya menyaksikan consertnya namun juga malah ikut-ikutan merokok tanpa ada kontrol, sanksi bahkan sekedar teguran dari orang sekelilingnya. ini saya pikir harus menjadi keprihatinan kita bersama.
30 Aprilnya
Setiap tanggal 30 April, Koningennenedag atau queensday (hari ratu) selalu di rayakan di seluruh kota-kota di Belanda. Karena Amsterdam adalah ibukota dan ratu Belanda beristana di sana, konsentrasi festival, life music, karnaval, dan pesta di pusatkan di kota yang indah itu. Menurut informasi dari beberapa teman, Amsterdam pada tanggal itu akan dipenuhi oleh warga belanda termasuk turis yang tidak hanya datang dari negara-negara tetangga Belanda tapi juga dari hampir seluruh daratan Eropa. Menurut sejarah, queensday ini sudah di selenggarakan sejak 50 tahun yang lalu untuk menghormati kelahiran ratu Juliana (saat ini Belanda dipimpin Ratu Betrix).
Saya berencana melihat Queensday ini di The Hague karena Amsterdam menurut sms dari seorang teman sudah sangat crowded bahkan susah jalan. Saya pikir masuk akal karena di Leiden Centraal saja, antriannya sudah sangat parah. Pria wanita yang usianya dibawah 50an (karena saya tidak melihat usia diatas itu) bernyanyi-nyanyi dan berteriak-teriak yang saya tidak paham maksudnya. Keratan Heineken tersalip kanan dan kiri muda dan mudi itu.
Tidak seperti hari biasa, untuk naik ke tangga platform sangat sulit karena saking padatnya. Petugas kemudian membuat sistem buka dan tutup seperti di Puncak Bogor untuk mengatur penumpang yang datang di Leiden dan berangkat ke Amsterdam.
Ketika berjuang menuju platform 9 arah The Hague, ditengah kerumunan massa, petugas di atas tangga memberi sinyal agar calon penumpang di bawah tangga naik keatas menuju platform kereta yang menuju Amsterdam. grubug-grubug-grubug..., terjebak dalam kerumunan massa, saya hampir mati terinjak-injak para "hooligan pria dan wanita" yang berbadan tinggi dan bertampang sangar ketika mereka menyerbu untuk naik ke tangga di platform menuju Amsterdam centraal. saya terseret massa keatas platform Amsterdam padahal tujuan saya adalah ke The Hague yang letak platformnya berbeda. Gila!!! mirip bonek!!! sampai di kereta The Hague ngos-ngosan...cape deh...
Setelah Jumatan di masjid Al HIkmah milik jama'ah Indonesia, saya melanjutkan perjalanan ke Cartesiusstraat dan mengelilingi The Hague selama beberapa jam. Di jalanan, banyak penduduk yang berjualan tidak hanya makanan tapi juga barang-barang bekas rumah tangga seperti kulkas, sofa, sepatu, mainan anak, televisi, tas, dll. harga yang ditawarkanpun sangat jauh dibawah standar. Misalnya harga jam tangan yang paling murah biasanya sekitar 15 euro di sini bisa dapat 2 dan paling mahal 5. Bukan tanpa minat untuk membeli, tapi saya pikir karena saya insyallah masih lama di sini maka keinginan untuk membeli barang-barang itu saya tunda sampai tahun depan.
Jam 00.02 kereta jurusan Amsterdam yang melewati Leiden tertunda beberapa menit karena menurut petugas yang sempat saya obroli, banyaknya penumpang yang mabuk menyebabkan kerusakan beberapa kereta dan terhambatnya laju kereta karena kendaraan dan antrian di pintu-pintu perlintasan kereta api. Dini hari itu Leiden Centraal masih di padati penumpang yang baru datang dari Amsterdam dengan cerita, pengalaman, dan tingkat kemabukan masing-masing.
Smaragdlaan, 1 May 2010 (bertepatan dnegan hari buruh sedunia)
Hidup Buruh!!!

Minggu, 25 April 2010

Khutbah-Khutbah di Belanda (Bag. I)

Mengawali Khutbah ini marilah kita bersama-sama panjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehat, iman dan Islam sehingga kita bisa bermuajahah, bersilaturahim, sekaligus melaksanakan salah satu kewajiban kita yaitu menjalankan ibadah sholat Jum'at di masjid yang mulia ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat ini dari alam kegelapan, kejahiliyahan dan kemaksiatan ke alam pencerahan melalui ajaran tauhid yang beliau sampaikan. Semoga Allah SWT juga memberikan berkah dan nikmatnya kepada para sahabat, keluarga dan pengikutnya yang setia menjalankan seluruh ajarannya hingga akhir jaman.
Pada kesempatan khutbah ini, khatib ingin berpesan dan berwasiat terutama pada diri pribadi dan kepada jama'ah jum'at sekalian agar terus meningkatkan, meninggikan dan mempertajam ketakwaan kita kepada Allah SWT karena hanya dengan modal ketakwaanlah kita bisa menghadap Allah SWT kelak dan insyallah kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. amin ya robbal'alamin.
Jama'ah sidang Juma'at yang dimuliakan oleh Allah SWT, Dalam salah satu surat Al quran yaitu surat Al Asr, Allah SWT berfirman yang artinya:
1. Demi masa/waktu
2. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menjalankan amal sholeh serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.
Surat ini termasuk dalam surat Makiyyah yang diturunkan di Mekah.
Menarik untuk kita garis bawahi ikhwan fiddin sekalian bahwa dalam beberapa surat, Allah mengawalinya dengan huruf "wau qosam" yang menurut kaidah bahasa Arab berarti sumpah untuk memastikan, menguatkan atau menekankan. Dalam beberapa surat, Allah SWT selalu menyertakan huruf wau ini termasuk dalam surat Al Asr. Pertanyaannya, kenapa Allah SWT menekankan kepada manusia agar kita mengingat waktu, makhluk yang ia ciptakan? apa urgensinya?
Ikhwan fiddin rohimakumullah, dengan mengingatkan kita semua akan waktu, Allah SWT sebetulnya menunjukkan dan mengingatkan kepada kita semua bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara, sama sekali tidak kekal dan memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Semua makhluk dimuka bumi ini hanya "diberi" kesempatan olehNya dengan kesempatan hidup yang tidak lama, sementara, dan temporer. Semua makluk Allah diciptakan dengan permulaan dan sekaligus pasti ada akhirnya. Wajar jika kemudian Allah mengatakan bahwa "sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi" bagi orang-orang yang malalaikan waktu.
Jadi konsep Allah tentang kerugian, tidak seperti dalam dunia perdagangan yang mendefinisikan kerugian hanya sebatas berkurangnya modal setelah proses perdagangan berlangsung. Konsep kerugian yang Allah tawarkan adalah kerugian yang tidak hanya berdampak pada kekurangan harta namun juga akan berimplikasi pada masa depan umat manusia yang akan kekal di akhirat kelak.
Sidang Jum'ah yang di muliakan Allah SWT, makhluk Allah yang bernama waktu itu melesat bak anak panah, sangat cepat. Saya sendiri merasakan bahwa sepertinya saya belum lama lulus SMA namun hari ini tenyata usia saya sudah 28 artinya 10 tahun sudah saya lewati tanpa terasa. Kita semua mungkin juga merasakan hal yang sama dengan pengalaman hidup yang beraneka ragam dan seluruhnya sesunguhnya sedang menuju satu point yaitu ajal yang kita tidak pernah tahu kapan akan menjemput. Di awal ayat ini Allah mengajarkan kepada kita semua agar waktu yang menjadi modal hidup kita yang terbesar harus di gunakan dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan waktu hidup ini untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangannya karena bukankah Allah SWT berfirman dalam surat Adzariyaat ayat 56 yang artinya:
"Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu."
Sehingga sebagai seorang muslim, tidak ada kata lain selain menjadikan seluruh aspek kehidupan kita bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Dalam konteks kehidupan di negara-negara barat sesungguhnya budaya untuk menghormati waktu sangat terasa. Kita akan merasa sangat malu jika terlambat menepati janji, terlambat masuk kelas, dan lainnya. Ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Belanda, saya sangat kagum dengan orang-orang yang masih harus berjalan cepat ketika melalui eskalator yang sebetulnya sudah berputar cukup cepat. Ini membuktikan bahwa waktu sudah menjadi bagian kehidupan yang sangat penting untuk mereka.
Nah, muslim yang bertempat tinggal dan hidup di negara-negara barat sebetulnya memiliki nilai plus karena budaya ketepatan waktu disandingkan dengan keimanan kepada Allah SWT adalah kombinasi yang sempurna. Dalam kaitan inilah kemudian ayat selanjutnya dalam surat Al Asr berkolerasi. Setelah Allah SWT mengingatkan kita akan kerugian yang diakibatkan oleh lalainya kita akan waktu, Allah kemudian menjelaskan tentang siapa sesungguhnya orang-orang yang tidak merugi.
MenurutNya, orang-orang yang tidak merugi adalah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Jadi tidak cukup berhenti ketika kita menyatakan beriman dengan bersyahadat saja. Allah jelas-jelas menginginkan agar keimanan itu di ikuti oleh amal sholeh, baik yang bersifat ritual-religius maupun seluruh perbuatan-perbuatan positif yang memiliki implikasi sosial dan komunal di masyarakat.
Dan ternyata, Allah meminta kita tidak hanya cukup dengan beriman dan melakukan amal sholeh, namun juga harus diikuti dengan nasehat-menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Artinya sebagai sebuah kesatuan "ummatan wahidah", umat yang sudah sama-sama menyatakan keimanan dan sudah beramal sholeh, di minta untuk saling mempererat silaturahim, persaudaraan, dan persatuan dengan jalan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dengan jalan itulah insyallah kita semua terlepas dari kategori sebagai orang-orang yang merugi di dunia ini.
Smaragdlaan, di sampaikan dalam khutbah di Masjid Al Ikhlas, Amsterdam.
wallahu'alam