Rabu, 03 Februari 2010

lanjutan....
Sholat di masjid Marocco
masjid Marocco, seperti namanya, memang didirikan oleh orang2 marocco yang tinggal di Belanda. masjidnya tentu secara konstruktif berbeda dengan masjid2 di indonesia. masjid yang bernama "Al Hijra" ini berukuran kira-kira 10x15 meter, memiliki 3 lantai (orang eropa menyebtnya 2 lantai karena lantai pertama dianggap laantai 0). tempat wudhu ada di lantai 0. nah cara wudunya juga unik karena ada ember-ember kecil yang disediakan oleh DKM Al hijra di setiap keran air. untyuk siapapun yang akan mengambil wudhu di sini, harus pakai ember kecil itu untuk menampung air baru kemudian air diember tersebut digunakan untuk berwudhu.
wah hikmahnya tentu banyak ya....selain menghemat air juga kan mengimplementasikan ajaran Rosulullah SAW bahwa kita harus menghemat. jadi kalo dibandingkan dengancara berwudhu kebanyakan muslim di Indonesia tentu kuantitas air yang digunakan akan sangat berbeda. mungkin sekali berwudhu untuk satu orang bisa setengah atau bahkan 1 ember ukuran standar di Indoensia. bayangkan jika dikalikan dengan jumlah jamaah wah tentu jumlahnya akan sangat banyak sekali dan ini akan mempengaruhi secara signifikan pada kuantitas air tanah yang ada dan tentu saja kalo pakai air dari PDAM biaya bulanan akan semakin membengkak.
mungkin DKM di masjid-masjid Indonesia yang menggunakan jasa PDAM bisa menggunakan cara ini mengingat dana yang dikeluarkan stiap bulan untuk membayar tagihan PDAM akan semakin murah dan akhirnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lain.
di Rabobank
saya agak telat datang ke Rabo bank office karena teman senior kami memilih untuk mengajak kami ke toko China. di toko ini, hampir semua bahan-bahan pangan dan jajanan Indonesia ada. mulai dari beras, kerupuk, sambal madiun, tempe, tahu, mi instan, sampai ke mecin (vetsin) tersedia di sini. tapi tentu yang berbeda di sini harganya. harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan yang lain disini jika di rataa-ratakan sekitar 7-10 kali lipat dengan harga di tahah air. nah kalo sudah begini, kita tinggal menyiapkan uangnya saja....he he. oh iya, harga tahu dan tempe di sini jauh lebih mahal dari pada harga ayam. mungkin itulah salah satu keunggulan kita ya bangsa Indonesia....
jadi, untuk teman-teman yang tidak terbiasa dengan makanan selain yang dari Indoensia, semua bisa di dapat disini tinggal kemampuan kita untuk mengolah dan memasaknya saja.
di rabo bank sekitar pukul 14.05 teman2 sudah menunggu. nah saya sendirian yang kali ini ketemu masalah. masalahnya adalah saya tidak memiliki nama belakang atau nama keluarga. jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain yang punya dua bahkan tiga suku kata untuk namanya, nama saya temasuk "irit" karena saya hanya punya 1 (baca: satu) suku kata yaitu : Rohman saja atau Rohman doang.
ternyata ada sedikit masalah disini, di Eropa. sebetulnya, menurut orang tua saya, orang tua saya memberi nama Faturohman ketika saya dilahirkan namun karena petugas pembuat akte dahulu hanya mencantumkan Rohman di akte maka sampai sekarang ya tetap Rohman saja. yah, nda apa-apalah ortu juga kan niatnya baik memberi nama itu hanya ini harus menjadi perhatian untuk /para orang tua yang akan menyekolahkan anaknya ke luarnegri atau jika sang anak, siapa tahu (seperti saya), mendapatkan beasiswa keluarnegeri makan nama anak harus lebih dari satu suku kata.
memang kebanyakan orang Serang (mungkin juga Banten) asli lebih sering memakai satu macam nama seperti nama teman saya Afrian, Nurdin, Dayat, dll namun mungki dua puluh lima tahun terakhir para orang tua di Serang juga sudah mulai menggunakan dua suku kata. anyway, itu hanya "a case study" atas diri saya aja...he. makanya, setelah menjadi orang tua, dua anak saya memiliki tiga suku kata, Ahmad Fathi Fatahillah dan Annafa Tsani Zanzabila dan insyallah dalam satu bulan ini kan bertambah satu lagi dan akan saya beri tiga suku kata lagi supaya adil. ini bukan bermaksud dendam lo,...he ini hanya refleksi atas pengalaman hidup saya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar