Minggu, 25 April 2010

Khutbah-Khutbah di Belanda (Bag. I)

Mengawali Khutbah ini marilah kita bersama-sama panjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehat, iman dan Islam sehingga kita bisa bermuajahah, bersilaturahim, sekaligus melaksanakan salah satu kewajiban kita yaitu menjalankan ibadah sholat Jum'at di masjid yang mulia ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat ini dari alam kegelapan, kejahiliyahan dan kemaksiatan ke alam pencerahan melalui ajaran tauhid yang beliau sampaikan. Semoga Allah SWT juga memberikan berkah dan nikmatnya kepada para sahabat, keluarga dan pengikutnya yang setia menjalankan seluruh ajarannya hingga akhir jaman.
Pada kesempatan khutbah ini, khatib ingin berpesan dan berwasiat terutama pada diri pribadi dan kepada jama'ah jum'at sekalian agar terus meningkatkan, meninggikan dan mempertajam ketakwaan kita kepada Allah SWT karena hanya dengan modal ketakwaanlah kita bisa menghadap Allah SWT kelak dan insyallah kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. amin ya robbal'alamin.
Jama'ah sidang Juma'at yang dimuliakan oleh Allah SWT, Dalam salah satu surat Al quran yaitu surat Al Asr, Allah SWT berfirman yang artinya:
1. Demi masa/waktu
2. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menjalankan amal sholeh serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.
Surat ini termasuk dalam surat Makiyyah yang diturunkan di Mekah.
Menarik untuk kita garis bawahi ikhwan fiddin sekalian bahwa dalam beberapa surat, Allah mengawalinya dengan huruf "wau qosam" yang menurut kaidah bahasa Arab berarti sumpah untuk memastikan, menguatkan atau menekankan. Dalam beberapa surat, Allah SWT selalu menyertakan huruf wau ini termasuk dalam surat Al Asr. Pertanyaannya, kenapa Allah SWT menekankan kepada manusia agar kita mengingat waktu, makhluk yang ia ciptakan? apa urgensinya?
Ikhwan fiddin rohimakumullah, dengan mengingatkan kita semua akan waktu, Allah SWT sebetulnya menunjukkan dan mengingatkan kepada kita semua bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara, sama sekali tidak kekal dan memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Semua makhluk dimuka bumi ini hanya "diberi" kesempatan olehNya dengan kesempatan hidup yang tidak lama, sementara, dan temporer. Semua makluk Allah diciptakan dengan permulaan dan sekaligus pasti ada akhirnya. Wajar jika kemudian Allah mengatakan bahwa "sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi" bagi orang-orang yang malalaikan waktu.
Jadi konsep Allah tentang kerugian, tidak seperti dalam dunia perdagangan yang mendefinisikan kerugian hanya sebatas berkurangnya modal setelah proses perdagangan berlangsung. Konsep kerugian yang Allah tawarkan adalah kerugian yang tidak hanya berdampak pada kekurangan harta namun juga akan berimplikasi pada masa depan umat manusia yang akan kekal di akhirat kelak.
Sidang Jum'ah yang di muliakan Allah SWT, makhluk Allah yang bernama waktu itu melesat bak anak panah, sangat cepat. Saya sendiri merasakan bahwa sepertinya saya belum lama lulus SMA namun hari ini tenyata usia saya sudah 28 artinya 10 tahun sudah saya lewati tanpa terasa. Kita semua mungkin juga merasakan hal yang sama dengan pengalaman hidup yang beraneka ragam dan seluruhnya sesunguhnya sedang menuju satu point yaitu ajal yang kita tidak pernah tahu kapan akan menjemput. Di awal ayat ini Allah mengajarkan kepada kita semua agar waktu yang menjadi modal hidup kita yang terbesar harus di gunakan dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan waktu hidup ini untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangannya karena bukankah Allah SWT berfirman dalam surat Adzariyaat ayat 56 yang artinya:
"Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu."
Sehingga sebagai seorang muslim, tidak ada kata lain selain menjadikan seluruh aspek kehidupan kita bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Dalam konteks kehidupan di negara-negara barat sesungguhnya budaya untuk menghormati waktu sangat terasa. Kita akan merasa sangat malu jika terlambat menepati janji, terlambat masuk kelas, dan lainnya. Ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Belanda, saya sangat kagum dengan orang-orang yang masih harus berjalan cepat ketika melalui eskalator yang sebetulnya sudah berputar cukup cepat. Ini membuktikan bahwa waktu sudah menjadi bagian kehidupan yang sangat penting untuk mereka.
Nah, muslim yang bertempat tinggal dan hidup di negara-negara barat sebetulnya memiliki nilai plus karena budaya ketepatan waktu disandingkan dengan keimanan kepada Allah SWT adalah kombinasi yang sempurna. Dalam kaitan inilah kemudian ayat selanjutnya dalam surat Al Asr berkolerasi. Setelah Allah SWT mengingatkan kita akan kerugian yang diakibatkan oleh lalainya kita akan waktu, Allah kemudian menjelaskan tentang siapa sesungguhnya orang-orang yang tidak merugi.
MenurutNya, orang-orang yang tidak merugi adalah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Jadi tidak cukup berhenti ketika kita menyatakan beriman dengan bersyahadat saja. Allah jelas-jelas menginginkan agar keimanan itu di ikuti oleh amal sholeh, baik yang bersifat ritual-religius maupun seluruh perbuatan-perbuatan positif yang memiliki implikasi sosial dan komunal di masyarakat.
Dan ternyata, Allah meminta kita tidak hanya cukup dengan beriman dan melakukan amal sholeh, namun juga harus diikuti dengan nasehat-menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Artinya sebagai sebuah kesatuan "ummatan wahidah", umat yang sudah sama-sama menyatakan keimanan dan sudah beramal sholeh, di minta untuk saling mempererat silaturahim, persaudaraan, dan persatuan dengan jalan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dengan jalan itulah insyallah kita semua terlepas dari kategori sebagai orang-orang yang merugi di dunia ini.
Smaragdlaan, di sampaikan dalam khutbah di Masjid Al Ikhlas, Amsterdam.
wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar