Hari ini tanggal 2 Maret 2010 mungkin hari yang ditunggu-tunggu tidak hanya oleh saya tapi juga oleh teman-teman yang mengambil kelas Anthropology of Muslim Societies yang diasuh oleh Prof. Busken karena kelas hanya akan berlangsung 1 jam dan selebihnya akan dihabiskan di rumah Snouck Hurgronje yang letaknya tidak jauh dari Lipsius, nama salah satu ruang kuliah di Leiden University. Kelas biasanya berlangusng dari jam 15.15-18.00 namun sore ini jam 16.00 tepat civitas akademik Leiden University terutama pada fakultas Middle East Studies kedatagan tamu dari Indonesia, beliau adalah Prof. Azyumardi Azra PhD, Direktur Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sebetulnya di undang oleh kedutaan Indonesia untuk memberi ceramah maulid nabi Muhammad SAW di Den Haag beberapa hari yang lalu. Berhubung Dr. Nico Kaptein, Koordinator program IYL, memiliki hubungan yang erat dengan Prof. Azra maka seminarpun di arrange untuk mengakomodasi "kehausan" ilmuwan belanda tentang Indonesia sekaligus untuk menambah wawasan bagi mahasiswa yang menerima beasiswa baik dari master maupun PhD pada program Islamic Young Leaders (IYL).
Seminar berlangsung kurang lebih dua jam yang berisi dua sesi yaitu sesi pemaparan tentang kondisi sosiopolitik muslim Indonesia dan sesi tanya jawab. Prof. Azra membuka seminar dengan mengajukan sebuah pernyataan bahwa Islam practiced by Indonesian Muslims is an enigma. Ini terjadi karena Indonesia merupakan wilayah periferal yang letaknya jauh dari pusat Islam yaitu Middle East. Dalam pemaparannya Prof. Azra juga menjelaskan tentang beberapa sifat moderat yang dimiliki muslim di Indonesia dengan membandingkannya dengan muslim Middle East diantaranya masalah perempuan. Di Indonesia, perempuan bisa mengendarai mobil kemanapun,bisa memimpin sholawat Barjanzi dengan pengeras suara bahkan bisa setiap tahun mengikuti MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) yang tentu tidak bisa di temukan di Middle East yang menganggap bahwa suara perempuan sebagai aurat.
Prof. Azra juga menyinggung tentang kehidupan muslim indonesia yang toleran dan mudah untuk berasimilasi dengan masyarakat Belanda bahkan katanya model jilbab yang di pakai kebanyakan perempuan Indoensia cendrung lebih modis. Lucunya, ketika bertanya ke audiens: di Belanda tidak mungkin menemukan perempuan indonesia yang menggunakan Burqa yang menutupi seluruh tubuh wanita kan? Prof. Busken langsung menjawab ya karena kita tidak bisa melihat wajah mereka untuk menentukan dia wanita Indoensia atau bukan. tentu saja hadirin tertawa. Beliau beranggapan bahwa aksi-aksi terorisme dan demonstrasi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam yang beberapa tahun yang lalu marak bukan di sebabkan oleh umat Islam Indonesia sebagai mana terjadi ketika masa Darul Islam atau NII namun lebih ditentukan oleh gerakan Islam transnasional seperti Jamaah Islamiyah, Hizbutahrir, atau gerakan transnasional lainnya yang menyusupi umat Islam Indonesia.
Menurut Prof. Azra, apa yang mereka lakukan bukan cerminan muslim Indonesia yang sebenarnya karena walaupun terjadi santrinisasi besar-besaran dalam bentuk disekolahkannya anak-anak Islam abangan ke sekolah-sekolah Islam dan menyebabkan penganutIslam abangan dipengaruhi oleh anak-anak mereka untuk mempraktekkan apa yang mereka dapatkan disekolah, namun hal itu tidak mempengaruhi preferensi politik mereka dalam setiap pemilu di Indonesia terbukti dengan perolehan suara parta Islam yang paling besar berkisar diantara 8-10 % jauh dibawah partai-partai nasionalis-sekuler seperti Golkar atau PDIP yang memperoleh suara diatas 20%.
Seminar di tutup oleh Dr. Niko Kaptein tepat jam 18.00 sore dan seperti biasa saya dan teman-teman berusaha untuk berbincang dengan narasumber untuk mempererat silaturahim. di seminar itu juga kebetulan dihadiri oleh pa Umar yang merupakan wakil Kedubes Indonesia di Belanda dan ternyata beliau alumni SMUN I Serang angkatan 83, mantap...
Rumah Snouck Hurgronje
Snouck Hurgronje merupakan akademisi leiden yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijakan pemerintah Netherland Indis terutama dalam masalah keislaman warga pribumi. Salah satu masukan Snouck untuk pemerintah kolonial pada waktu itu adalah tentang pemisahan antara kegiatan ritual umat Islam dengan kegiatan politik. menurut Snouck, selama umat Islam masih sholat, zakat, dan melakukan kegiatan ritual lainnya seperti haji lebih baik di biarkan saja oleh pemerintah karena hal itu tidak akan mengganggu pemerintahan. justru yang harus pemerintah lakukan adalah membatasi keiatan politik umat Islam karena jika umat Islam sudah "melek" politik akan sangat berbahaya bagi pemerintah. nah, nasehat Snouck inilah yang kemudian diterapkan oleh pemerintah kolonial pada waktu itu dan di lanjutkan oleh Soekarno, Soeharto, dan presiden-presiden RI selanjutnya.
Nah, tokoh inilah yang rumahnya kami kunjungi tadi sore. Rumah yang khas belanda karena tidak memiliki halaman depan. Rumah tersebut secara garis besar dibagi dalam empat bagian yaitu ruang depan yang biasa di gunakan untuk seminar-seminar, ruang tengah yang di batasi oleh slide yang terbuat dari kayu berukiran yang antik, ruang baca, dan halaman belakang yang berfungsi sebagai taman.
Diruang depan terdapat meja panjang yang dpakai untuk narasumber seminar dan moderator. dan audiens menghadap ke arah meja narasumber. disebelah kanan terdapat perapian tua namun masih terpelihara dengan baik sedangkan di hadapannya terdapat lukisan besar yang mungkin lukisan bangsawan abad pertengahan. diruangan tengah terdapat lemari kecil di baian kanan yang berisi sedikit koleksi barang antik seperti keramik-keramik kecil dan logam-logam. dikanan dan kiri dinding terdapat tiga lukisan diantaranya lukisan perepuan muda, perempuan tua, dan lukisan pasangan yang ditemani dua anjing. Ruangan terakhir adalah ruang baca dimana terdapat dua lemari baca berukuran sedang yang berisi buku-buku karangan Snouck dan buku lainnya. terakhir halaman belakang yang di tanami tanaman-tanaman kecil seperti tanaman "anak nakal" dan terdapat dua pohon besar yang juga berfungsi sebagai tempat burung-burung singgah. Kuburan Snouck sendiri letaknya tidak jauh dari rumah tersebut namun saya belum sempat menziarahinya. Wallahua'lam...
Smaragdlaan, 2 Maret 2010 pukul 20-21.15.
Seminar berakhir pada pukul
Seminar berlangsung kurang lebih dua jam yang berisi dua sesi yaitu sesi pemaparan tentang kondisi sosiopolitik muslim Indonesia dan sesi tanya jawab. Prof. Azra membuka seminar dengan mengajukan sebuah pernyataan bahwa Islam practiced by Indonesian Muslims is an enigma. Ini terjadi karena Indonesia merupakan wilayah periferal yang letaknya jauh dari pusat Islam yaitu Middle East. Dalam pemaparannya Prof. Azra juga menjelaskan tentang beberapa sifat moderat yang dimiliki muslim di Indonesia dengan membandingkannya dengan muslim Middle East diantaranya masalah perempuan. Di Indonesia, perempuan bisa mengendarai mobil kemanapun,bisa memimpin sholawat Barjanzi dengan pengeras suara bahkan bisa setiap tahun mengikuti MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) yang tentu tidak bisa di temukan di Middle East yang menganggap bahwa suara perempuan sebagai aurat.
Prof. Azra juga menyinggung tentang kehidupan muslim indonesia yang toleran dan mudah untuk berasimilasi dengan masyarakat Belanda bahkan katanya model jilbab yang di pakai kebanyakan perempuan Indoensia cendrung lebih modis. Lucunya, ketika bertanya ke audiens: di Belanda tidak mungkin menemukan perempuan indonesia yang menggunakan Burqa yang menutupi seluruh tubuh wanita kan? Prof. Busken langsung menjawab ya karena kita tidak bisa melihat wajah mereka untuk menentukan dia wanita Indoensia atau bukan. tentu saja hadirin tertawa. Beliau beranggapan bahwa aksi-aksi terorisme dan demonstrasi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam yang beberapa tahun yang lalu marak bukan di sebabkan oleh umat Islam Indonesia sebagai mana terjadi ketika masa Darul Islam atau NII namun lebih ditentukan oleh gerakan Islam transnasional seperti Jamaah Islamiyah, Hizbutahrir, atau gerakan transnasional lainnya yang menyusupi umat Islam Indonesia.
Menurut Prof. Azra, apa yang mereka lakukan bukan cerminan muslim Indonesia yang sebenarnya karena walaupun terjadi santrinisasi besar-besaran dalam bentuk disekolahkannya anak-anak Islam abangan ke sekolah-sekolah Islam dan menyebabkan penganutIslam abangan dipengaruhi oleh anak-anak mereka untuk mempraktekkan apa yang mereka dapatkan disekolah, namun hal itu tidak mempengaruhi preferensi politik mereka dalam setiap pemilu di Indonesia terbukti dengan perolehan suara parta Islam yang paling besar berkisar diantara 8-10 % jauh dibawah partai-partai nasionalis-sekuler seperti Golkar atau PDIP yang memperoleh suara diatas 20%.
Seminar di tutup oleh Dr. Niko Kaptein tepat jam 18.00 sore dan seperti biasa saya dan teman-teman berusaha untuk berbincang dengan narasumber untuk mempererat silaturahim. di seminar itu juga kebetulan dihadiri oleh pa Umar yang merupakan wakil Kedubes Indonesia di Belanda dan ternyata beliau alumni SMUN I Serang angkatan 83, mantap...
Rumah Snouck Hurgronje
Snouck Hurgronje merupakan akademisi leiden yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijakan pemerintah Netherland Indis terutama dalam masalah keislaman warga pribumi. Salah satu masukan Snouck untuk pemerintah kolonial pada waktu itu adalah tentang pemisahan antara kegiatan ritual umat Islam dengan kegiatan politik. menurut Snouck, selama umat Islam masih sholat, zakat, dan melakukan kegiatan ritual lainnya seperti haji lebih baik di biarkan saja oleh pemerintah karena hal itu tidak akan mengganggu pemerintahan. justru yang harus pemerintah lakukan adalah membatasi keiatan politik umat Islam karena jika umat Islam sudah "melek" politik akan sangat berbahaya bagi pemerintah. nah, nasehat Snouck inilah yang kemudian diterapkan oleh pemerintah kolonial pada waktu itu dan di lanjutkan oleh Soekarno, Soeharto, dan presiden-presiden RI selanjutnya.
Nah, tokoh inilah yang rumahnya kami kunjungi tadi sore. Rumah yang khas belanda karena tidak memiliki halaman depan. Rumah tersebut secara garis besar dibagi dalam empat bagian yaitu ruang depan yang biasa di gunakan untuk seminar-seminar, ruang tengah yang di batasi oleh slide yang terbuat dari kayu berukiran yang antik, ruang baca, dan halaman belakang yang berfungsi sebagai taman.
Diruang depan terdapat meja panjang yang dpakai untuk narasumber seminar dan moderator. dan audiens menghadap ke arah meja narasumber. disebelah kanan terdapat perapian tua namun masih terpelihara dengan baik sedangkan di hadapannya terdapat lukisan besar yang mungkin lukisan bangsawan abad pertengahan. diruangan tengah terdapat lemari kecil di baian kanan yang berisi sedikit koleksi barang antik seperti keramik-keramik kecil dan logam-logam. dikanan dan kiri dinding terdapat tiga lukisan diantaranya lukisan perepuan muda, perempuan tua, dan lukisan pasangan yang ditemani dua anjing. Ruangan terakhir adalah ruang baca dimana terdapat dua lemari baca berukuran sedang yang berisi buku-buku karangan Snouck dan buku lainnya. terakhir halaman belakang yang di tanami tanaman-tanaman kecil seperti tanaman "anak nakal" dan terdapat dua pohon besar yang juga berfungsi sebagai tempat burung-burung singgah. Kuburan Snouck sendiri letaknya tidak jauh dari rumah tersebut namun saya belum sempat menziarahinya. Wallahua'lam...
Smaragdlaan, 2 Maret 2010 pukul 20-21.15.
Seminar berakhir pada pukul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar