Rabu, 03 Maret 2010

Belajar Masak untuk Acara Ngobrol dengan Pa Azra

Kemarin sore setelah seminar prof. Azra di rumah Snouck H. selesai, beberapa teman mahasiswa PhD seperti kang Hilman, kang Kusmana, dan kang Yasrul dan beberapa teman IYL mengadakan rapat singkat untuk membahas persiapan ngobrol bareng pa Azra dengan teman-teman program IYL karena menurut kang Hilman, pa Azra bisa menyempatkan waktunya untuk bertemu dan ngobrol untuk beberapa jam antara pukul 11-13 tanggal 3 Maret. Setelah berdiskusi beberapa saat, diputuskanlah kamar 228 dan 242 di Smaragdlaan sebagai tempat pertemuan sekaligus ngobrol bareng dengan pa Azra. Rapat singkat diluar rumah Snouck tersebut menghasilkan keputusan bahwa teman-teman PhD bertugas untuk membeli bahan-bahan makanan yang akan dimasak sesuai dengan keahlian masing-masing. sedangkan teman-teman S2 bersiap menyiapkan tempat, memasak nasi, dan membeli snack, buah dan jus.
Tepat jam 10 pagi mas Hilaman, Kusmana, dan Yasrul datang ke kamar saya dengan membawa bermacam-macam bahan makanan.
Kang Yasrul memulai "aksi"nya dengan memasak gulai ikan khas Padang. bumbu yang dipersiapkan adalah bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, garam, gula dan tentu saja cabai merah yang ditumbuk halus. setelah bumbu siap maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan wajan yang kemudian di beri santan kental dan air setelah beberapa lama di panaskan diatas kompor makan bumbu tersebut di masukkan kedalam wajan yang berisi air plus santan. kemudian dengan panas api sedang kuah tersebut di aduk-aduk untuk menghindari pecahnya santan dan ditambahkan daun salam dan sereh. Setelah mendidih, maka ikan beku yang telah dipotong-potong dimasukkan kedalam wajan tersebut hingga masak. Ruasanya enak re'....
Aksi kedua dilakukan oleh kang Hilman yang memasak masakan luar negeri seperti sop Tom Yum yang berasal dari Thailand. menurut kang Hilman, masakan ini biasanya disajikan sebagai makanan pembuka sebelum makanan utama. bumbu yang dipersiapkan diantaranya: bawang merah, putih, sedikit bawang bombay, sereh, salam, paprika merah, udang kering, jamur, cumi, dan beberapa jenis kerang yang ada di Digros, supermarket terdekat dari Smaragdlaan. cara memasaknya irisan bawang merah, putih dan bombay di tumis dengan minyak sayur scukupnya kemudian di tambahkan air kemudian direbus sampai mendidih. setelah mendidih masukkan sea food tadi bersama potongan jamur disertai sereh, salam, lengkuas dan kayu manis. Sebetulnya ada bumbu khusus Tom Yum yang bisa di beli disuper market tapi karena lupa dibeli bumbu seperti inipun sudah standar kata kang Hilman. Hasilnya...kelezatan masakan khas Asia yang kaya rempah-rempah dan bumbu.
masakan kang Hilman selanjutnya adalah nasi Pakistan saya lupa namanya tapi mungkin sejenis nasi kebuli di Indonesia. bahan-bahannya: irisan dadu daging sapi 1/4 kg, kayu manis, lengkuas, salam, garam secukupnya, dan beras. beras yang sudah dicuci kemudian diberi air secukupnya seperti untuk memasak nasi. kemudian masukkan kedalam beras tersebut potongan daging sapi yang sudah di goreng setengah matang dan rempah-rempah tadi. kemudian masaklah nasi seperti biasa setelah kurang lebih 20 menit nasi kebuli siap untuk di santap.
Kang Kusmana memilih untuk memasak sayur tumis. ya kalo untuk tumis menumis standarlah...he he tapi sayurnya memang enak. Jadi intinya selain pandai membaca buku dan membuat review ternyata mahasiswa yang belajar ke luar negeri juga pandai memasak. sehingga jika berminat bisa jadi mereka bisa membuka rumah makan atau restoran di tanah air untuk menyaingi rumah makan atau resto yang lebih dahulu kondang.
Obrolan dengan Pa Azra
Pa Azra sampai di Smaragdlaan sekitar pukul 13an dengan di temani salah satu staf kedutaan yang punya latar belakang ilmu politik. Seperti obrolan mahasiswa pada umumnya, obrolan kami berputar pada masalah akademik dan dunia kampus seperti tekanan psikologis ketika membuat thesis atau disertasi, dosen atau pembimbing thesis yang agak strick, dan lainyya. Nah, menurut pa Azra dalam mengagrap disertasi atau thesis yang paling penting adalah konsistensi. sewaktu beliau menyusun disertasinya di Columbia University, beliau selalu menyempatkan waktu untuk menulis paling tidak 2 lembar sehari sebelum berangkat bekerja atau setelah pulang bekerja disaat magrib, sehingga dalam waktu 10 bulan disertasinya bisa selesai. Satu lagi, ketika menemukan fakta dan data baru janganlah menunda-nunda untuk memasukkannya dalam tulisan untuk mencegah kelupaan. menurut pa Azra juga, ketika menulis , usahakan apa yang telah kita tulis jangan dihapus atau de-delete sampai selesai karena itu akan menggangu konsentrasi. jadi ketika kita stak di bab 1, tulislah bab dua, tiga, atau empat atau bahkan sub babnya. jangan sampai terpaku hanya dalam satu bab.
Obrolan kemudian beranjak kemasalah dalam negeri seperti prosedur penelitian di pasca UIN sampai ke masalah politik. untuk masalah akademik beliau berpesan kepada dosen-dosen muda agar jangan sampai memberi nilai "mati" kepada mahasiswa yang sudah bekerja keras, jangan menyamakan kapasitas otak kita dengan mereka karena tentu akan berbeda makanya yang harus ditanamkan adalah empati.
Ketika membahas tentang politik dalam negeri belanda, kami semua agak kaget mendengar penjelasan dari staf kedutaan bahwa ternyata di Belanda ada salah satu partai politik Kristen yang melarang perempuan untuk duduk di parlemen bahkan untuk menjadi anggotanyapun tidak boleh. Luar biasa, di negara majupun yang katanya demokratis dan menghargai HAM ternyata diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi dan lebih parah dibanding negeri kita. Di Indonesia tidak ada partai yang berlandaskan agama (Islam dan Kristen) yang melarang perempuan untuk berkiprah didunia politik.
Setelah ngobrol ngalor dan ngidul selama hampir 4 jam seputar belajar diluar negeri dan segala suka dukanya, kami menyempatkan untuk berfoto bersama pa Azra dan beliau akhirnya kembali ke Den Haag
Smaragdlaan 3 Maret 2010 jam 18.59.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar