Suara azan mengalun merdu dibawa angin yang berhembus deras mengisi ruang-ruang kosong dan gang-gang sempit di jalanan sekitar Brestraat, Leiden. Hari Jumat itu seperti biasa, muslimin dan muslimat berduyun-duyun baik dengan berjalan kaki maupun bersepeda bergegas menuju salah satu masjid yang ada di Leiden, Al Hijra namanya.
Masjid ini letaknya hanya dua ratusan meter dari centrum kota Leiden dan sekitar limapuluh meter dari belakang perpustakaan KITLV di lingkari oleh bangunan-bangunan yang mirip disebelah kanan dan kirinya.
Masjid yang didirikan oleh muslim Maroko ini bentuknya tidak sama dengan masjid-masjid yang bisa ditemui dengan mudah di tanah air. Masjid ini misalnya berbentuk khas seperti toko-toko dan perumahan Belanda yang bermotif tumpukan bata berwarna merah tua tanpa gerbang utama dan kubah.
Masjid ini juga tidak punya halaman parkir sehingga puluhan sepeda yang dibawa oleh jamaah terpaksa harus menutupi trotoar jalan di depan masjid.
Sayangnya tidak semua ruas trotoar depan masjid bisa digunakan oleh jamaah. Beberapa ruas trotoar di pasangi garis pembatas berwarna merah dan putih yang menandakan ruas itu tidak boleh digunakan untuk memarkir sepeda sehingga kadang-kadang jika parkiran sepeda sudah penuh, saya lebih memilih untuk memarkirkan sepeda di parkiran KITLV.
Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama dibagi kedalam empat bagian. Bagian pertama adalah ruangan tempat sholat yang agak gelap namun cukup luas sebagai cadangan jika lantai dua dan tiga penuh oleh jamaah. Ruangan ini biasanya digunakan ketika sholat Jumat dimana jumlah jamaah bisa lebih dari 300an orang. Di sebelah kiri ruangan itu juga terdapat pintu yang menghubungkan jamaah ke tempat berwudhu dan kamar mandi.
Di masjid ini cara berwudhunya cukup unik karena di setiap keran yang berjumlah 6-7 buah (salah satunya keran khusus air panas) terdapat ember kecil untuk menampung air. Jadi air yang kita gunakan untuk berwudhu, di batasi oleh satu ember kecil itu. Ajaran Islam untuk tidak berlaku boros, nampaknya di praktekkan dalam aspek berwudhu.
Di depan ruangan cadangan ini, terdapat ruangan kecil yang berfungsi sebagai kantor pengurus masjid (DKM lah kalo di indonesia). Diruang inilah situs resmi masjid Alhijra yang beralamat di www.alhijra.nl dikelola oleh pengurus masjid. Seluruh kegiatan di informasikan kepada seluruh jama'ah melalui situs ini. Mulai dari jadwal sholat, pengajian rutin, artikel-artikel keislaman sampai dengan pengumuman hendak di bangunnya masjid al hijra di tempat yang baru yang hingga saat ini masih membutuhkan dana dari para jama'ah.
Sedangkan bergeser kesebelah kiri ruangan ini, terdapat pintu masuk ke ruangan yang khusus digunakan untuk jamaah wanita. Karena saya tidak bisa memasukinya saya tidak bisa mendeskripsikan lebih jauh tentang ruangan itu yang jelas tempat berwudhu dan kamar mandinya terpisah dari jamaah pria.
Ketika memasuki masjid, disebelah kiri terdapat tangga yang akan membawa kita ke ruang utama masjid al hijra. Di lantai dua inilah tempat dimana sholat lima waktu biasa di kerjakan. Luasnya kira-kira 10 x 12 meteran. Di pojok depan, terdapat mimbar tempat khotib jumat biasa berkhutbah.
Walaupun kecil, masjid ini ternyata punya perpustakaan loh. Letaknya di pojok belakang ruangan utama. Koleksi bukunya tidak hanya al quran, namun juga kitab-kitab tafsir, syiroh nabawiyah, dan kitab-kitab hadist tersedia di sini. Memang jama'ah tidak bisa meminjam kitab-kitab itu ke rumah, jadi hanya untuk di baca on the spot. Namun yang jelas, pengurus masjid rupanya memperhatikan dengan serius minat jamaah yang haus akan ilmu keislaman.
Lantai ketiga yang paling atas digunakan untuk menampung jamaah jumatan. Ruangan ini merupakan tempat favorit mahasiswa indonesia yang sholat disini karena selain lebih longgar nampaknya khutbah yang berbahasa Arab plus terjemahan dalam bahasa Belanda yang cukup panjang membuat mahasiswa indonesia lebih nyaman menempati lantai ini.(juga bisa sambil agak terkantuk-kantuk he he he).
Di lantai ini juga terdapat ruang khusus imam masjid. Jika diperhatikan, Imam masjid memiliki peran yang sangat pivotal terutama dalam hal ritual keagamaan. Tidak seperti di Indonesia yang setiap sholat berjamaah bisa berganti-ganti imam, disini imam dan khatib hanya satu orang yang dianggap oleh jamaah memiliki ilmu keislaman yang tinggi. Selain memimpin sholat berjamaah dan menjadi khotib jumat, Imam juga memberikan tausiyah setiap selesai sholat lima waktu.
Nah dari masjid al hijra ini kita bisa belajar tentang bagaimana keterbatasan ruang tidak menghalangi aktivis masjid untuk mengelolanya secara efektif dan efisien. Sehingga walaupun berukuran kecil, namun jamaah bisa menikmati layanan masjid dan beribadah dengan tenang dan khusu'.
Wassenaarsweg 6, 28 Agustus 2010
Rohman Al Bantani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar